YKC10K: Sing Wani Wani Wae

Ikut serta dalam YKC10K, event race pertama di Jogja dengan Cut Off Time (COT) yang cukup menantang yaitu 70 menit, memberikan pengalaman yang unik. Meskipun tidak terlalu ramai, dengan perkiraan sekitar 400 peserta, suasana kekeluargaan dan semangat kompetisi tetap terasa kental di pagi itu. Sebagai pelari yang masih hijau, ini menjadi pengalaman lomba yang menarik dan berbeda.
Minggu pagi itu, suasana di lokasi race terasa hangat meskipun jumlah pesertanya tidak terlalu besar. Namun, jujur saja, melihat beberapa pelari dengan postur dan pemanasan yang tampak profesional, khas pelari-pelari kencang Yogyakarta yang sering saya dengar, sempat membuat sedikit insecure. “Wah, ini levelnya beda,” gumamku dalam hati. Tapi rasa penasaran dan keinginan untuk menantang diri sendiri tetap lebih besar.
Oh ya, buat yang belum tahu, YKC10K ini memang punya aturan lomba yang cukup ketat. Salah satunya ya cut-off time 70 menit itu. Jadi, semua peserta ditantang buat menyelesaikan 10K dalam waktu tersebut. Kalau lewat dari 70 menit, sayangnya nggak dapat medali finisher. Selain itu, ada timing chip di setiap nomor dada buat mencatat waktu lari kita, dan ada beberapa checkpoint di sepanjang rute. Peserta yang nggak mengikuti rute yang ditentukan, atau melakukan kecurangan seperti menghalangi pelari lain, bisa didiskualifikasi.
Saat aba-aba start berbunyi, jantung rasanya ikut berdentum lebih kencang. Ikut hanyut dalam arus sekitar 400 pelari yang mulai bergerak maju, ada semangat yang membara. Awalnya mencoba untuk menjaga pace senyaman mungkin, sambil sesekali melirik para pelari cepat yang sudah melesat di depan. Pikiran soal COT tetap ada, tapi kali ini ditambah motivasi untuk setidaknya tidak terlalu jauh tertinggal dari “para suhu” lari ini.
Trek YKC10K ternyata menyuguhkan pemandangan kota Jogja yang cukup menarik. Melewati jalan-jalan yang familiar dengan suasana yang berbeda saat dipenuhi pelari. Ada kalanya mencoba menikmati, tapi tetap fokus dengan waktu. Sesekali melirik jam tangan, mencoba mengatur strategi biar tetap on track. Water station juga tersedia di beberapa titik, sekitar 2.5 KM, 5 KM, dan 7.5 KM, lumayan buat mengisi tenaga.

Tantangan sebenarnya terasa di pertengahan lomba. Kaki mulai terasa berat, napas juga sedikit tersengal. Di momen seperti ini, dukungan dari sesama pelari dan volunteer di sepanjang rute benar-benar berarti. Sorakan semangat dan tawaran air minum jadi penyemangat ekstra. Bahkan, melihat beberapa pelari kencang yang menyemangati pelari di belakangnya juga menambah motivasi.
Dan akhirnya, saya berhasil mencapai garis finish dengan catatan waktu 00:58:10! Ini bukan hanya sekadar finish, tapi juga Personal Best (PB) terbaru saya! Yang lebih membanggakan lagi, saya merasa finish dalam keadaan yang cukup strong, masih ada sisa tenaga. Rasanya luar biasa! Melebihi ekspektasi dan berhasil menaklukkan COT yang menantang. Melewati garis finish dengan tepuk tangan dan medali di tangan rasanya… speechless! Mungkin lain kali bisa mencoba dengan pace yang lebih cepat lagi.

YKC10K dengan COT 70 menitnya memang memberikan pengalaman lari yang berbeda dan menantang. Bukan hanya soal kecepatan, tapi juga tentang bagaimana kita mengatur diri, mental, dan fisik untuk mencapai tujuan. Buatku, ini bukan sekadar lomba, tapi juga pelajaran berharga tentang batas kemampuan diri dan semangat untuk terus mencoba, bahkan di antara para pelari hebat Yogyakarta.
Gokil sih finish di YKC dan dapet PB under 60 🤜🏻🤜🏻
Gokil banget da, harus cobain juga nih finish under 60 min 🙂